Sabtu, 14 Mei 2016

Persepsi siswa tentang kesulitan belajar kimia dibeberapa sekolah dijambi


PERSEPSI SISWA TENTANG KESULITAN BELAJAR KIMIA DI BEBERAPA SEKOLAH DI JAMBI 


BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Persepsi merupakan pengaturan dan penerjemahan informasi sensorik oleh otak (Wade, 2007). Persepsi dalam diri seseorang berarti pandangan, tanggapan, anggapan langsung dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu objek tertentu melalui pengenalan panca indra yang dimiliki oleh manusia (Slameto, 2010). Proses terjadinya persepsi yaitu persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Didalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman inilah yang disebut persepsi (Sarwono, 2010).
Pelajaran kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat (Mulyasa, 2011). Kemauan belajar siswa terhadap pelajaran kimia berhubungan erat dengan tertarik atau tidaknya siswa tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan kimia. Siswa yang kurang menyenangi pelajaran kimia dari awal sudah tidak tertarik dengan masalah-masalah yang menyangkut kimia. Dampaknya siswa akan cenderung beranggapan bahwa kimia itu tidak menarik dan kurang bermanfaat. Hal ini merupakan persepsi negatif siswa tentang pelajaran kimia. Sebaliknya, siswa yang beranggapan bahwa kimia adalah mata pelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat, maka siswa cenderung ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai pelajaran kimia yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Syah (2010) yaitu dengan meyakini manfaat mata pelajaran tertentu siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itu diharapkan muncul semangat terhadap mata pelajaran tersebut sekaligus akan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Sehingga pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berfikir, bekerja serta bersikap pada diri seseorang.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap ilmu kimia adalah angket. Angket termasuk alat untuk mengumpulkan atau mencatatkan data atau informasi, sikap dan paham dalam hubungan kausal (Zainal Arifin, 1991 : 62), termasuk persepsi terhadap ilmu kimia dalam hubungannya kausalnya dengan prestasi belajar kimia siswa. Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik, terhadap angket yang telah kami sebarkan keberbagai sekolah yang di ada di Jambi sebagai berikut. Berdasarkan angket yang telah disebar, kesulitan yang dihadapi siswa terhadap materi kimia ini dipicu karena, siswa sendiri sebenarnya tertarik pada pelajaran kimia, namun mereka masih sulit memahami materi. Siswa tidak mau mencari wawasan atau pengetahuan serta informasi lebih lanjut mengenai materi diluar kelas, jadi hanya sebatas pada saat proses pembelajaran berlangsung saja.

1.2  Rumusan Masalah

1.      Bagaimana persepsi siswa mengenai pembelajaran kimia di beberapa SMA di Jambi
2.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam pelajaran kimia
3.      Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam pelajaran kimia di SMA

1.3  Tujuan Penulisan

1.      Mengetahui persepsi siswa mengenai pembelajaran kimia di beberapa SMA di Jambi
2.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam pelajaran kimia
3.      Mengetahui cara mengatasi kesulitan dalam pelajaran kimia di SMA








BAB II. PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progressif, juga merupakan suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Dengan demikian, para ahli banyak yang membuat definisi tentang belajar yang berbeda, karena perbedaan sudut pandangnya.
Di bawah ini akan dikemukakan definisi belajar menurut beberapa ahli, di antaranya :
1. Skinner dalam Barlow (1985) dalam bukunya Educational Psychology : The Teaching  
Learning Process, belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progressif.
2. Chaplin (1972) dalam Dictionary Psychology membatasi belajar dengan 2 macam :
a.       Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat dari
latihan dan pengalaman.
b.      Belajar adalah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus.
3. Hintzman (1987) dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat
Bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri organisme, manusia atau
hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tersebut.
4. Reber (1989) dalam Dictionary of Psychology. Menurutnya ada 2 definisi tentang belajar,
yaitu :
a.       Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan
b.      Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relative langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang memerlukan perhatian khusus, keuletan, keteguhan, ketekunan, kerajinan dan kedisiplinan. Oleh karena itu agar proses pembelajaran yang diselenggarakan berdayaguna dan berhasil guna, maka proses pembelajaran tersebut benar-benar harus dilaksanakan dengan baik dan berdisiplin tinggi. Disiplin merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan pembelajaran dan hal ini harus dilakukan oleh semua warga yang terlibat dalam sebuah lembaga yang melakukan proses pendidikan.
Harapan yang tak pernah sirna dan selalu dituntut oleh guru adalah bagaimana bahan pelajaran itu yang disampaikan guru dapat disukai anak secara tuntas. Hal ini merupakan masalah yang cukup rumit dirasakan oleh guru, di mana anak mempunyai kepribadian yang beraneka ragam, ciri khas individu merupakan keunikannya. Mereka juga makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan.
Keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor yang menunjang terhadap keberhasilan proses belajar-mengajar tersebut. Faktor metode mengajar akan berkaitan dengan model pembelajaran yang diterangkan. Pendidikan prasekolah sangat penting artinya, bukan hanya sebagai pengisi waktu anak saja, tetapi juga untuk mempersiapkan anak di masa mendatang. Banyak para tokoh yang mengakui tentang pentingnya pendidikan prasekolah atau pendidikan anak usia dini.

2.2  Karakteristik Materi Kimia

Kimia adalah salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA). Ilmu ini mempelajari berbagai fenomena alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur, dan sifat serta perubahan yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran kimia harus lebih diarahkan pada proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa untuk membantu siswa untuk memahami konsep dalam pembelajaran kimia. Laliyo (2011) mengemukakan bahwa pada dasarnya belajar kimia, sesuai dengan karakteristiknya, harus dimulai dari mengerjakan masalah yang berlangsung dalam kehidupan sehari-hari siswa. Melalui menyelesaikan masalah dalam kehidupan yang nyata dengan menerapkan pengetahuan kimia, peserta didik diharapkan dapat membangun pengertian dan pemahaman konsep kimia lebih ber-makna karena mereka membentuk sendiri struktur pengetahuan konsep kimia me-lalui bantuan atau bimbingan guru.
Kajian dalam kimia memungkinkan pebelajar memahami mengapa dan bagaimana suatu fenomena terjadi disekitarnya. Eksplanasi konsep-konsep kimia umumnya berlandaskan struktur materi dan ikatan kimia yang merupakan materi subyek yang sulit untuk dipelajari. Konsep-konsep abstrak tersebut penting dipelajari, karena konsep-konsep kimia selanjutnya akan sulit dipahami, jika tidak dikuasai pebelajar degan baik. Sifat keabstrakan konsep-konsep kimia juga sejalan dengan konsep-konsep yang melibatkan perhitungan matematis. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran kimia memerlukan seperangkat keterampilan berpikir tingkat tinggi. Salah satu karakter esensial ilmu kimia adalah pengetahuan kimia mencakup tiga level representasi, yaitu makroskopis, submikroskopis, dan simbolik serta hubungan antara ketiga level ini harus secara eksplisit diajarkan
Wiseman (1981) mengemukakan bahwa ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa menengah. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985) sebagai berikut:
1.       Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak
Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak nampak, yang menurut siswa membayangkan keberadaan materi tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak dapat melihat atom secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu gambar untuk mewakili sebuah atom oksigen kita gambarkan secara bulatan.
2.      Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya 
Kebanyakan obyek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat kimia yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang disederhanakan, di mana zat-zat dianggap murni atau hanya mengandung dua atau tiga zat saja. Dalam penyederhanaanya diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa tidak mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.
3.      Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat
Seringkali topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu. Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk membentuk molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari terlebih dahulu. Disamping itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat, seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua untuk lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kunjungan tersebut.
4.      Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal
5.      Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak

 

2.3  Persepsi Siswa tentang Materi-materi Kimia yang Sulit yang Ada di Kurikulum Berdasarkan Angket yang di Sebarkan di Beberapa Sekolah di Jambi

Persepsi merupakan pengaturan dan penerjemahan informasi sensorik oleh otak (Wade, 2007). Persepsi dalam diri seseorang berarti pandangan, tanggapan, anggapan langsung dari dalam diri seseorang terhadap sesuatu objek tertentu melalui pengenalan panca indra yang dimiliki oleh manusia (Slameto, 2010). Proses terjadinya persepsi yaitu persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Didalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Pemahaman inilah yang disebut persepsi (Sarwono, 2010). Analog dengan pengertian persepsi, maka persepsi siswa tentang pelajaran kimia dapat diartikan sebagai pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan belajar kimia yang terdiri dari mata pelajaran, materi dan semua hal yang terkait dengan proses pembelajaran kimia itu sendiri. Penilaian tersebut juga dapat bernilai positif dan negatif.
Pelajaran kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat (Mulyasa, 2011). Kemauan belajar siswa terhadap pelajaran kimia berhubungan erat dengan tertarik atau tidaknya siswa tentang masalah-masalah yang berkaitan dengan kimia. Siswa yang kurang menyenangi pelajaran kimia dari awal sudah tidak tertarik dengan masalah-masalah yang menyangkut kimia. Dampaknya siswa akan cenderung beranggapan bahwa kimia itu tidak menarik dan kurang bermanfaat. Hal ini merupakan persepsi negatif siswa tentang pelajaran kimia. Sebaliknya, siswa yang beranggapan bahwa kimia adalah mata pelajaran yang menyenangkan dan bermanfaat, maka siswa cenderung ingin mengetahui lebih dalam lagi mengenai pelajaran kimia yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Syah (2010) yaitu dengan meyakini manfaat mata pelajaran tertentu siswa akan merasa membutuhkannya, dan dari perasaan butuh itu diharapkan muncul semangat terhadap mata pelajaran tersebut sekaligus akan meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran tersebut. Prawiradilaga dan Eveline (2007) mengungkapkan bahwa persepsi adalah awal dari segala macam kegiatan belajar yang bisa terjadi pada setiap kesempatan, disengaja atau tidak. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objek-objek serta kejadian di sekitarnya. Sehingga pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berfikir, bekerja serta bersikap pada diri seseorang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persepsi seseorang terhadap suatu objek sangat dipengaruhi oleh inderanya yang disebabkan karena penerimaan informasi yang diperolehnya dari suatu objek. Siswa akan memperoleh hasil yang baik pada suatu objek (pelajaran kimia) apabila memiliki persepsi yang baik pula terhadap objek tersebut (pelajaran kimia), begitu juga sebaliknya yaitu siswa akan memperoleh hasil yang buruk pada pelajaran kimia apabila memiliki persepsi yang buruk pula tentang pelajaran kimia.
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur persepsi terhadap ilmu kimia adalah angket. Angket termasuk alat untuk mengumpulkan atau mencatatkan data atau informasi, sikap dan paham dalam hubungan kausal (Zainal Arifin, 1991 : 62), termasuk persepsi terhadap ilmu kimia dalam hubungannya kausalnya dengan prestasi belajar kimia siswa. Adapun kesimpulan yang dapat kami tarik, terhadap angket yang telah kami sebarkan keberbagai sekolah yang di ada di Jambi sebagai berikut:
Kesimpulan: Di berbagai sekolah yang kami survei (yaitu SMAN 3 Kota Jambi, SMAN 6 Kota Jambi, dan SMAN 9 Kota Jambi), sebagian besar siswa sulit memahami pembelajaran kimia. Namun sebagian siswa tersebut tertarik pada materi kimia yang bersifat abstrak dan perhitungan, tetapi tidak 100% menguasainya. Pada materi kimia yang bersifat konsep, siswa kurang dapat memahami. Karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, tidak semua siswa berkonsentrasi. Hanya pada saat diskusi saja sebagian siswa menjadi aktif. Pada saat penyampaian materi, guru menyampaikannya dengan jelas, dan sudah menggunakan model dan metode yang sesuai dengan materi kimia yang diajarkan. Jadi kesulitan yang dihadapi siswa terhadap materi kimia ini dipicu karena, siswa sendiri sebenarnya tertarik pada pelajaran kimia, namun mereka masih sulit memahami materi. Siswa tidak mau mencari wawasan atau pengetahuan serta informasi lebih lanjut mengenai materi diluar kelas, jadi hanya sebatas pada saat proses pembelajaran berlangsung saja.

2.4  Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan dalam Belajar

Perubahan tingkah laku merupakan salah satu tujuan belajar, namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar. Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu :
a.       Faktor Intern Belajar
Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sendiri, misalnya kematangan, kecerdasan, motivasi dan minat.
Kematangan
Karena kematangan mentalnya belum matang, kita akan sukar mengajarkan konsep-konsep ilmu Filsafat kepada siswa sekolah dasar. Pemberian materi tertentu akan tercapai apabila sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu atau siswa. Oleh karena itu, baik potensi jasmani maupun rohaninya perlu dipertimbangkan lagi kematangannya.
Kecerdasan (IQ)
Keberhasilan individu mempelajari berbagai pengetahuan ditentukan pula oleh tingkat kecerdasannya, misalnya, suatu ilmu pengetahuan telah cukup untuk dipelajari oleh seseorang individu dalam taraf usia tertentu. Tetapi kecerdasan individu yang bersangkutan kurang mendukung, maka pengetahuan yang telah dipelajarinya tetap tidak akan dimengerti olehnya. Demikian pula dalam hal-hal yang lain, seperti dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, misalnya memasak dan membuat mainan sederhana, dalam tingkat yang sama tidak semuanya individu mampu mengerjakannya dengan baik.
Motivasi
Motivasipun menentukan keberhasilan belajar. Motivasi merupakan dorongan untuk mengerjakan sesuatu. Dorongan tersebut ada yang datang dari dalam individu yang bersangkutan dan ada pula yang datang dari luar individu yang bersangkutan, seperti peran orang tua, teman dan guru.
Minat
Minat belajar dari dalam individu sendiri merupakan faktor yang sangat dominan dalam pengaruhnya pada kegiatan belajar, sebab kalau dari dalam diri individu tidak mempunyai sedikitpun kemauan atau minat untuk belajar, maka pelajaran yang telah diterimanya hasilnya akan sia-sia. Otomatis pelajaran tersebut tidak masuk sama sekali di dalam IQ-nya.

b.      Faktor Ekstern Belajar
Faktor ekstern erat kaitannya dengan faktor sosial atau lingkungan individu yang bersangkutan. Misalnya keadaan lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat , guru dan alat peraga yang dipergunakan di sekolah.
Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga pun sangat menentukan keberhasilan belajar. Status ekonomi, status sosial, kebiasaan dan suasana lingkungan keluarga ikut serta mendorong terhadap keberhasilan belajar. Suasana keluarga yang tentram dan damai sangat menunjang keharmonisan hubungan keluarga. Hubungan orang tua dan anak akan dirasakan saling memperhatikan dan melengkapi. Apabila anak menemukan kesulitan belajar, dengan bijaksana dan penuh pengertian orang tuanya memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap penyelesaian masalah belajar anaknya.
Lingkungan Masyarakat
Peran masyarakat sangat mempengaruhi individu dalam belajar. Setiap pola masyarakat yang mungkin menyimpang dengan cara belajar di sekolah akan cepat sekali menyerap ke diri individu, karena ilmu yang didapat dari pengalamannya bergaul dengan masyarakat akan lebih mudah diserap oleh individu daripada pengalaman belajarnya di sekolah. Jadi peran masyarakat akan dapat merubah tingkah laku individu dalam proses belajar.
Guru
Peran guru dapat mempengaruhi belajar. Bisa dilihat dari cara guru mengajar kepada siswa, hal ini sangat menentukan dalam keberhasilan belajar. Sikap dan kepribadian guru, dasar pengetahuan dalam pendidikan, penguasaan teknik-teknik mengajar, dan kemampuan menyelami alam pikiran setiap individu siswa merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu, guru sebagai motivator, guru sebagai fasilitator, guru sebagai inovator, dan guru sebagai konduktor masalah-masalah individu siswa, perlu menjadi acuan selama proses pendidikan berlangsung.
Bentuk Alat Pelajaran
Bentuk alat pelajaran bisa berupa buku-bukun pelajaran, alat peraga, alat-alat tulis menulis dan sebagainya. Kesulitan untuk mendapatkan atau memiliki alat-alat pelajaran secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar siswa. Siswa akan cenderung berhasil apabila dibantu oleh alat-alat pelajaran yang memadai. Alat pelajaran tersebut akan menunjang proses pemahaman anak. Misalnya, melalui praktek sederhana dari materi pelajaran yang telah mereka pelajari.
Kesempatan Belajar
Kesempatan belajar merupakan faktor yang sedang diupayakan Pemerintah melalui Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 Tahun yang mulai dicanangkan tahun pelajaran 1994/1995. Pencanangan Wajar tersebut merupakan alternatif pemberian kesempatan kepada para siswa, terutama bagi mereka yang orang tuanya berekonomi kurang mampu.

Fenomena lain kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti :
1) Rendahnya kemampuan intelektual anak
2) Gangguan perasaan / emosi
3) Kurangnya motivasi untuk belajar
4) Kurang matangnya anak untuk belajar
5) Usia yang terlalu muda
6) Latar belakang sosial yang tidak menunjang
7) Kebiasaan belajar yang kurang baik
8) Kemampuan mengingat yang rendah
9) Terganggunya alat-alat indera
10) Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
11) Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar.

2.5  Cara Mengatasi Kesulitan Belajar

Sehubungan dengan kondisi dan cara belajar yang ditempuh sebagian besar siswa, maka strategi belajar di tingkat apapun sebenarnya tetap sama. Kuncinya hanya dua hal, yaitu disiplin waktu dan konsentrasi. Sepertinya hal ini hanyalah ucapan klise, tapi memang itulah kunci keberhasilan siswa. Disiplin waktu mengandung pengertian bahwa siswa tahu betul bagaimana mengatur waktu, kapan harus belajar, kapan harus main, dll. Jadi, disiplin waktu berarti siswa dapat memilah-milah waktu sedemikian rupa sehingga antara kegiatan yang satu dengan yang lain tidak saling mengganggu. Pemilahan waktu yang baik bagi siswa terutama melatih agar siswa memiliki rencana belajar yang teratur. Keteraturan dalam belajar meliputi teratur mengikuti pelajaran, membaca buku, mempelajari materi. Hanya dengan jalan pikiran yang teratur, maka konsep-konsep yang sulit dapat dimengerti dan dikuasai. Dengan keteraturan belajar menghindarkan siswa dari “cramming”, yaitu keadaan dimana siswa belajar mati-matian untuk memadatkan kepalanya dengan semua pelajaran yang dampaknya amat buruk bagi kesehatan dan perjalanan studi lebih lanjut. Dengan demikian siswa memang dituntut untuk belajar secara teratur bukan belajar secara borongan. Melalui belajar teratur maka materi-materi yang kurang paham akan cepat diketahui dan dikuasai, baik melalui penelusuran buku-buku maupun tanya-jawab dan diskusi sesama teman.
Kunci keberhasilan yang kedua adalah konsentrasi, yaitu pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Pada umumnya yang mengganggu konsentrasi siswa, antara lain : kurang minat, gangguan sekeliling, jemu dan jenuh dengan materi kuliah dan gangguan kesehatan. Kurang minat tersebut terjadi karena jurusan yang dipilih tidak disukai, dosen yang mengajar kurang menarik (acuh, monoton dalam mengajar, tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya, dll.). Akibat dari kurang minat ini menyebabkan malas hadir dalam pelajaran, padahal hadir dalam pelajaran sangat penting, apalagi materi-materi pelajaran saling berhubungan satu dengan yang lain.
Untuk mengatasi gangguan-gangguan tersebut dapat ditempuh dengan cara menyadari manfaat dan segi menarik dari materi-materi pelajaran yang ada. Selain itu, berusaha menyukai guru-guru yang mengajar dengan melihat segi kemanfaatan ilmu tersebut disertai kesadaran bahwa setiap guru mempunyai tipe mengajar yang berbeda-beda. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui tentang sesuatu objek tertentu (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983/1984 : 13). Pangkal kelahiran pengetahuan adalah adanya rasa ingin tahu pada manusia (Abdullah Aly, dkk., 1991 : Dengan rasa ingin tahu tersebut manusia berusaha memenuhi keingintahuannya sehingga lahirlah pengetahuan. Oleh karena itu, bila siswa ingin menguasai suatu ilmu pengetahuan, maka dalam dirinya harus selalu muncul rasa ingin tahu dan berusaha mencari jawabannya. Siswa yang ingin berhasil harus selalu haus dan penasaran terhadap materi-materi yang diajarkan. Rasa penasaran mencari jawaban tersebut harus selalu dikobarkan agar tidak ada perasaan pasrah dan menyerah bila tidak memahami suatu materi.











BAB III. PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan:
1.      Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progressif, juga merupakan suatu proses perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan. Jadi dapat diartikan proses belajar adalah sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
2.      Karakteristik materi kimia: Sebagian bersifat abstrak, penyederhanaan dari yang sebenarnya, sifatnya berurutan dan berkembang dengan cepat, tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal,dan bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak
3.      Kesulitan yang dihadapi siswa terhadap materi kimia ini dipicu karena, siswa sendiri sebenarnya tertarik pada pelajaran kimia, namun mereka masih sulit memahami materi. Siswa tidak mau mencari wawasan atau pengetahuan serta informasi lebih lanjut mengenai materi diluar kelas, jadi hanya sebatas pada saat proses pembelajaran berlangsung saja.
4.      Faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam belajar ada 2 macam, yaitu : faktor internal dan eksternal.
5.      Cara mengatasi kesulitan belajar, kuncinya hanya dua hal, yaitu disiplin waktu dan konsentrasi.







DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Mulyasa, E. 2011. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2007. Mozaik Teknologi Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung: Alfabeta.
Sarwono, Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers.
Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Wade, Carole. 2007. Psikologi edisi Kesembilan Jilid I. Jakarta: Erlangga.


Senin, 11 April 2016

MISKONSEPSI DARI KESETIMBANGAN KIMIA




Banyak topik kimia yang menyebabkan miskonsepsi karena kimia bersifat abstrak, merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, dan sifatnya berurutan. Kesulitan dalam memahami konsep-konsep dasar dalam materi kimia dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pemahaman. . Pemahaman salah yang terjadi secara konsisten disebut dengan kesalahan konsep (misconseption).

berikut dijabarkan beberapa miskonsepsi yang terjadi pada materi kesetimbangan kimia.

MISKONSEPSI
SUJECT
KONSEP YANG TEPAT
Menentukan jumlah mol ataupun kosentrasi bila siswa diberikan molaritas ataupun dalam pengguanaan volume.
Menggunaan Tetapan Kesetimbangan
Jumlah mol ataupun konsentrasi adalah sama dengan molaritas, karena molaritas meruapakan konsentrasi dengan satuan mol/L dan penentuan tergantung koefisien pada produk adan reaktan pada reaksi setimbang.
Menetukan makna Kc dan Kp dengan beranggapan Kc adalah untuk kesetimabangan suhu yang tetap dan Kp adalah untuk perubahan pada tekanan.
Persamaan Tetapan Kesetimbangan
Kc adalah lambang dari Hukum Kesetimbangan atau Hukum Aksi Massa dimana bunyi Hukumnya adalah hasil kali konsentrasi setimbang zat diruas kanan dibagi dengan hasil kali kesetimbangan zat diruas kiri, masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya, mempunyai harga tertentu pada suhu tertentu.
Kp adalah tetapan kesetimbangan yang berdasarkan tekanan parsial yang disebut juga dengan tetapan kesetimbangan tekanan parsial.
Perubahan suhu,volume dan tekanan jika ditambahkan atau dikurangkan bahkan ada siswa beranggapan tidak akan mengalami perubahan suatu kesetimbangan.
Asas Le Chatelier
Perubahan suhu, volume dan tekanan akan mengubah konsentrasi kesetimbangan suatu reaksi yaitu :
·         Penambahan suhu dinaikkan, maka reaksi akan bergeser ke arah reaksi endoterm sedangkan jika suhu dturunkan maka reaksi akan bergerak ke arah reaksi eksoterm.
·     Ketika volume diperkecil, akan mengakibatkan konsentrasi (rapatan) bertambah dan akan bergeser ke arah yang koefisiennya terkecil sedangkan volume diperbesar akan mengakibatkan konsentrasi (rapatan) berkurang dan akan bergeser ke arah koefisiennya terbesar
·     Ketika tekanan diperbesar akan bergeser ke arah yang koefisien terkecil sebaliknya tekanan diperkecil akan bergeser ke arah yang koefisien terbesar
Katalis mengarah pada produk hasil yang lebih tinggi



Pengaruh Katalis
Katalis memperbesar laju reaksi karena akan menurunkan energi pengaktifan. Penurunan energi pengaktifan tersebut akan berlaku untuk kedua arah.
Penambahan atau pengurangan komponen berupa padatan ataupun cairan murni akan mempengaruhi kesetimbangan dan perubahan tekanan dan volume akan mempengaruhi konsentrasi padatan atau cairan murni



Pengaruh komponen padatan dan cairan murni
Penambahan komponen yang beruapa larutan atau gas akan mempengaruhi kerapatan antarpartikel dalam campuran dan penambahan atau pengurangan komponen berupa padatan ataupun cairan murni tidak akan mempengaruhi kesetimbangan dan tekanan dan volume hanya akan mempengaruhi konsentrasi pada gas.
Kesetimbangan tidak akan mempengaruhi dalam laju reaksi dan membedakan antara rate (kecepatan) dan luas reaksi
Waktu untuk mencapai kesetimbangan
Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan tergantung pada laju reaksi, semakin besar laju reaksi, semakin cepat reaksi mengalami kesetimbangan dan dengan besarnya luas akan mempercepat kesetimbangan.
Saat terjadi kesetimbangan, tidak terjadi reaksi sampai ada penambahan
dari luar.
Kesetimbangan Dinamis
Pada saat kesetimbangan tercapai,
reaksi tetap berlangsung. Miskonsepsi semacam ini merupakan bentuk
miskonsepsi dialek, karena berasal dari kata kesetimbangan atau seimbang yang sudah dikenal siswa dalam kehidupan sehari-hari, yang
berarti setara dan diam
 jadi, peranan guru agar tidak terjadi miskonsepsi sangat besar, yaitu mulai dari dirinya sendiri yang harus memahami konsep-konsep kimia secara benar sehingga gurunya sendiri tidak mengalami miskonsepsi dan dapat membimbing peserta didik mencapai kompetensi yang ditetapkan. Selain itu, guru juga harus bisa memahami siswa hingga evaluasi pembelajaran dapat membantu peserta didik agar tidak mengalami miskonseps. Peranan tenaga pendidik juga diperlukan dalam menyaring sumber-sumber belajar siswa lainnya seperti buku teks pelajaran. Ketika sumber belajar siswa seperti buku teks pelajaran mengalami miskonsepsi perlunya guru untuk meluruskan kesalahan tersebut sehingga siswa tidak mengalami miskonsepsi.

sumber: http://herliyandusoraya.blogspot.co.id/2013/12/miskonsepsi-kesetimbangan-kimia.html